Sabtu, 31 Januari 2015

Berita Batu: CPNS Purbalingga Wajib Pakai Batu Akik

Batu akik dari Sungai Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah, mendadak menjadi buruan penggemar batu akik. “Bagi yang cinta Purbalingga, serta untuk semua warga yang mempunyai KTP Purbalingga. Apalagi yang lahir di sini, 'wajib' memakai batu Klawing,” kata Bupati Purbalingga Sukentho Ridho Marhaendrianto, Kamis, 29 Januari 2015. Dia bahkan mengimbau pegawai negeri memakai akik dari Sungai Klawing.

Sukentho kini gencar mempromosikan batu akik dari Sungai Klawing kepada tamu. Dia malah berniat menggelar pameran akik batu Klawing ke Jakarta. “Dalam waktu yang tidak terlalu lama akan diterbitkan perda yang mengatur pelestarian Sungai Klawing,” ujarnya. Terutama untuk mendukung perajin batu Klawing. Sukento berharap Purbalingga dapat menjadi pusat penjualan batu seperti di kawasan antara Bangkok dan Pataya di Thailand.

Norman Indrajaya, Ketua Indonesian Jasper & Klawing Lovers, mengatakan saat ini banyak pengusaha akik dari luar Indonesia yang mengincar batu Klawing. “Kami punya fakta banyak batu Klawing yang dijual ke pembeli di Thailand dan dijual lagi ke Eropa, Prancis,” katanya. Di Prancis, kata dia, batu Klawing banyak dipakai oleh bangsawan. Batu tersebut dikenal dengan nama Le Sang Du Crist atau batu darah Kristus.

Ia menyebutkan beberapa motif batu Klawing di antaranya, telor kodok yang juga dikenal dengan nama ocean jasper. Motif sisik naga di Spanyol namanya imperial jasper. (Baca: Sambil Demo, Buruh dan Polisi Buru Penjual Akik)

Usaha batu Klawing menjanjikan. “Omset kami sampai Rp 50 juta. Dengan jenis batu yan dipamerkan meliputi nogosui, pancawarna, jasper Klawing, batu gambar, dan batu bahan,” kata pemilik pengolahan batu Klawing Ngayawara Gemstone, Edy Pamandoblang.

Tapi, pamor batu akik asal sungai Klawing mulai menyebabkan kerusakan dinding bukit Curug Aul, Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Purbalingga. Dinding bukit itu dicongkel penambang batu liar menggunakan linggis. “Penjarahan di sini terbilang nekat,” kata pegiat alam dari Komunitas Canyoning ID, Isro Adi Harso. (Baca: Cerita Wali Kota Lubuklinggau Menggilai Batu Akik)

Untuk menyelamatkan curug Aul dari kerusakan yang lebih parah, pemerintah desa setempat memasang papan larangan penambangan batu pancawarna di sekitar curug Aul dan Curug Nagasari. “Ke depan akan ada posko untuk merazia pengunjung yang masuk. Apabila ada yang membawa alat tambang atau batu hasil tambang akan kami sita,” tegas Taat Prianto, Kepala Dusun di Tanalum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMASTIKAN KEASLIAN BATU AKIK

Demam batu akik  masih saja belum surut melanda nusantara. Sejak akhir tahun 2014 sampai sekarang pertengahan tahun 2015  dema...